
Karena kondisi tertentu, ibu hamil mungkin dihadapkan dengan pilihan untuk melahirkan melalui proses operasi caesar. Sebaiknya ketahui informasi, efek samping, serta berapa lama waktu untuk melahirkan secara caesar.
Ibu hamil mungkin harus menjalani proses melahirkan dengan operasi caesar. Salah satu penyebabnya adalah karena memiliki kondisi tertentu sehingga tidak bisa menjalani operasi pervaginam.
Dengan mitos yang beredar mengenai prosedur ini, mungkin Bunda akan merasa takut. Namun, jangan khawatir karena Bunda bisa mengedukasi diri sendiri dengan mencari informasi supaya lebih bisa mempersiapkan diri.
Lantas bagaimana cara melahirkan melalui operasi caesar? Apa saja efek samping dan berapa lama prosesnya? Temukan jawabannya lewat artikel di bawah ini!
Proses dan Pemulihan Setelah Melahirkan Caesar
Berikut ini adalah penjelasan mengenai proses dan pemulihan bagi ibu yang melahirkan melalui proses caesar.
A. Persiapan Praoperasi dan Pemberian Anestesi
Sebelum operasi caesar, tim medis akan mempersiapkan ibu untuk operasi. Persiapan tersebut termasuk:
- Memasukkan infus untuk cairan, antibiotik, dan obat-obatan lainnya.
- Memasang monitor untuk melacak detak jantung, tekanan darah, dan kadar oksigen.
- Memberikan anestesi regional di blok tulang belakang atau epidural sehingga membuat tubuh bagian bawah mati rasa.
B. Sayatan, Persalinan Bayi, dan Pemulihan Pasca-operasi
Proses pembedahan yang berlangsung adalah sebagai berikut:
- Dokter bedah membuat sayatan horizontal di perut bagian bawah, biasanya berupa “potongan bikini” yang meminimalkan bekas luka yang terlihat.
- Otot perut dipisahkan kemudian dibuat sayatan kecil di bagian bawah rahim.
- Cairan ketuban disedot keluar sebelum bayi diangkat keluar dari rahim dengan lembut.
- Tali pusat dijepit dan dipotong, lalu ari-ari dikeluarkan.
- Dokter bedah menutup rahim dengan jahitan atau staples lalu melakukan hal yang sama untuk sayatan perut.
C. Lama Rawat Inap dan Pemantauan
Setelah melalui operasi caesar yang memiliki durasi 40-60 menit, ibu biasanya dirawat di rumah sakit selama tiga sampai empat hari. Selama waktu ini, staf medis memantau tanda-tanda vitalnya.
Selain itu, juga memeriksa tanda-tanda infeksi di tempat sayatan dan memastikan rasa nyeri dapat ditangani dengan baik.
D. Mengatasi Nyeri dan Perawatan Luka
Proses melahirkan dengan operasi caesar biasanya akan terasa sakit dan tidak nyaman. Akan tetapi, dokter akan meresepkan obat untuk mengatasi rasa sakit secara efektif.
Untuk itu, Bunda harus meminum obat yang diresepkan sesuai petunjuk. Lakukan konsultasi jika rasa sakitnya memburuk.
Menjaga area sayatan tetap bersih dan kering sangat penting untuk mencegah infeksi. Dokter juga akan memberikan petunjuk tentang perawatan luka yang tepat di rumah.
E. Batasan Aktivitas Fisik dan Pemulihan Emosional
Untuk beberapa waktu, Bunda sebaiknya menghindari mengangkat benda berat dan menahan untuk melakukan aktivitas berat. Meski demikian, tetap dianjurkan untuk bergerak karena dapat membantu mempercepat pemulihan dan mencegah pembekuan darah.
Selain itu, jangan lupa juga untuk melakukan pemulihan emosional karena sama pentingnya dengan penyembuhan fisik. Ibu baru mungkin merasa kewalahan, cemas, atau bahkan mengalami depresi pasca persalinan.
F. Mendukung Pemberian ASI dan Pemeriksaan Pospartum
Menyusui setelah operasi caesar mungkin awalnya menantang karena keterbatasan fisik dan ketidaknyamanan ibu. Konsultan laktasi atau perawat dapat memberikan panduan tentang posisi dan teknik yang dapat membantu membuat menyusui menjadi lebih nyaman.
Melakukan pemeriksaan pascapersalinan secara teratur dengan dokter dapat memastikan kesehatan fisik dan emosional ibu serta memantau proses penyembuhan. Dokter akan memeriksa area sayatan dan memberikan panduan supaya bisa segera kembali menjalankan aktivitas normal.
Baca Juga:
Risiko dan Manfaat Melahirkan Secara Caesar
Berikut ini adalah risiko dan manfaat untuk ibu yang menjalani proses melahirkan melalui operasi caesar.

A. Risiko bagi Ibu dan Risiko bagi Janin
Operasi caesar memiliki risiko bagi ibu dan bayi. Bagi ibu, komplikasi potensial yang bisa saja timbul adalah:
- Terjadi infeksi di tempat sayatan, rahim, atau di organ panggul lainnya. Untuk mengurangi risikonya, biasanya ibu akan diberikan antibiotik.
- Pendarahan yang hebat dapat terjadi selama atau setelah operasi, terkadang membutuhkan transfusi darah. Risiko perdarahan lebih tinggi dengan persalinan sesar dibandingkan dengan persalinan pervaginam.
- Adanya risiko cedera pada kandung kemih, usus, atau pembuluh darah selama operasi yang mungkin memerlukan intervensi bedah tambahan.
- Gumpalan dapat terbentuk di kaki atau organ panggul. Dalam kasus yang jarang terjadi, bisa menyebar ke paru-paru sehingga menyebabkan emboli paru yang mengancam jiwa.
- Meskipun jarang terjadi, ibu bisa mengalami komplikasi anestesi. Gejala yang dirasakan adalah sakit kepala parah, reaksi alergi, atau, dalam kasus yang sangat jarang terjadi, kerusakan saraf.
Sementara itu risiko dari proses melahirkan caesar untuk bayi yaitu:
- Bayi yang lahir melalui operasi caesar mungkin mengalami takipnea transien yang menyebabkan pernapasan cepat selama beberapa hari pertama kehidupan.
- Meskipun jarang, bayi mungkin secara tidak sengaja tergores selama operasi sehingga membutuhkan bantuan medis.
- Ikatan awal dan kontak kulit-ke-kulit mungkin tertunda karena pemulihan ibu dari operasi dan anestesi.
B. Risiko Kehamilan dan Persalinan di Masa Depan
Persalinan caesar dapat memengaruhi kehamilan dan persalinan di masa depan. Adapun potensi risikonya yaitu:
1. Plasenta Previa
Kondisi ini terjadi karena plasenta bayi menutupi sebagian atau seluruh serviks sehingga berpotensi menyebabkan perdarahan hebat selama kehamilan atau persalinan. Risiko plasenta previa meningkat dengan setiap persalinan sesar berikutnya.
2. Plasenta Akreta
Plasenta dapat tumbuh terlalu dalam ke dinding rahim. Akibatnya setelah proses melahirkan selesai, plasenta akan sulit untuk dikeluarkan.
Hal tersebut juga meningkatkan risiko perdarahan. Dalam kasus yang parah, histerektomi mungkin diperlukan.
3. Ruptur Uteri
Bekas luka caesar pada rahim dapat robek selama kehamilan atau persalinan di masa depan. Kondisi ini merupakan peristiwa langka, namun mengancam jiwa.
Risiko ruptur uteri lebih tinggi jika ibu melakukan persalinan pervaginam setelah operasi caesar (VBAC).
C. Persalinan Terencana untuk Kehamilan Berisiko Tinggi
Dalam beberapa kasus, operasi caesar adalah pilihan terbaik untuk kesehatan dan keselamatan ibu dan bayi. Misalnya saja dalam kasus:
- Masalah plasenta: plasenta previa, plasenta akreta, atau komplikasi plasenta lainnya mungkin memerlukan persalinan sesar untuk melindungi ibu dan bayinya.
- Gawat janin: jika bayi menunjukkan tanda-tanda kesusahan selama persalinan, seperti detak jantung yang tidak normal atau penurunan kadar oksigen, operasi caesar darurat dapat dilakukan untuk memastikan keselamatan bayi.
- Sungsang: ketika bayi tidak dalam posisi kepala di bawah
- Kelahiran kembar: dalam situasi tertentu dengan bayi kembar atau lebih, terutama jika bayi tidak dalam posisi optimal untuk persalinan pervaginam.
D. Pencegahan Trauma Lahir dan Penularan Penyakit
Operasi caesar dapat membantu mencegah trauma kelahiran, terutama pada kasus bayi dengan ukuran besar, panggul kecil, atau persalinan yang sulit.
Dalam kondisi seperti itu, proses melahirkan dengan operasi caesar dapat meminimalkan risiko cedera seperti distosia bahu atau kerusakan saraf yang mungkin terjadi selama persalinan pervaginam.
Selain itu, persalinan c-section dapat mengurangi risiko penularan penyakit menular tertentu dari ibu ke bayi. Misalnya, jika ibu memiliki wabah herpes genital aktif atau HIV-positif.
E. Manfaat Persalinan Caesar dalam Keadaan Tertentu
Persalinan caesar memang memiliki risiko, akan tetapi juga bermanfaat jika dilakukan dalam situasi seperti:
- Karena dapat dijadwalkan, operasi caesar memungkinkan orang tua dan dokter untuk merencanakan waktu melahirkan. Hal ini dapat membantu dalam hal pekerjaan, pengaturan pengasuhan anak, dan dukungan keluarga.
- Ibu yang melahirkan melalui proses operasi caesar mungkin memiliki risiko lebih rendah untuk mengalami gangguan dasar panggul, seperti inkontinensia urin atau prolaps organ panggul.
- Selain itu, persalinan caesar dapat menghindari komplikasi yang mungkin timbul selama persalinan, seperti persalinan lama atau terhenti, serta mengurangi stres dan kecemasan bagi ibu.
Baca Juga:
Efek Samping dan Konsekuensi Jangka Panjang Operasi Persalinan Caesar
Adapun efek samping dan konsekuensi jangka panjang dari proses melahirkan dengan operasi caesar dapat Bunda simak berikut ini.

A. Efek Jangka Pendek dan Dampak Emosional
Proses melahirkan melalui operasi caesar dapat menyebabkan beberapa efek samping jangka pendek bagi ibu, seperti:
- Seperti halnya operasi lain, Bunda akan merasa sakit dan tidak nyaman setelah persalinan.
- Pemulihan dari persalinan caesar membutuhkan waktu lebih lama daripada persalinan pervaginam, biasanya berlangsung beberapa minggu.
- Nyeri dan mobilitas terbatas dapat membuat kegiatan menyusui lebih sulit bagi ibu yang telah menjalani operasi caesar.
- Dampak emosional dari persalinan sesar juga bisa signifikan. Beberapa ibu mungkin merasa kecewa, cemas, atau bersalah karena merasa gagal melahirkan bayinya “secara alami”.
B. Efek Jangka Panjang
Proses melahirkan caesar dapat berefek pada fisik dan psikologis jangka panjang ibu. Di antaranya adalah:
- Persalinan caesar meninggalkan bekas luka di perut bagian bawah yang dapat memengaruhi rasa percaya diri. Bekas luka dapat bervariasi dalam ukuran dan penampilan tergantung pada faktor-faktor seperti teknik pembedahan dan penyembuhan individu.
- Jaringan parut dapat terbentuk secara internal sehingga menyebabkan organ menempel satu sama lain. Kondisi tersebut berpotensi menyebabkan nyeri, obstruksi usus, dan masalah kesuburan.
- Dapat meningkatkan risiko plasenta previa, plasenta akreta, dan ruptur uteri pada kehamilan berikutnya sehingga memerlukan pemantauan yang cermat dan pertimbangan pilihan persalinan.
C. Kemungkinan Dampak pada Kehamilan di Masa Depan
Persalinan yang dilakukan dengan cara caesar dapat memengaruhi kehamilan di masa depan. Contohnya seperti:
- Kelahiran Pervaginam Setelah Operasi Caesar (VBAC)
Jika sebelumnya melakukan operasi caesar, maka dapat dapat mempersulit kehamilan berikutnya. Maka dari itu, beberapa dokter mungkin enggan mengizinkan VBAC karena risiko pecahnya rahim.
Namun, banyak juga ibu hamil yang berhasil mencoba VBAC. Tentu saja, pada situasi yang tepat serta dengan pemantauan dan dukungan yang cermat dari tim perawatan kesehatan.
- Operasi Caesar Berulang
Jika Bunda pernah menjalani beberapa operasi caesar, mungkin memerlukan persalinan caesar pada kehamilan berikutnya. Hal ini dapat meningkatkan risiko komplikasi seperti pendarahan hebat, infeksi, atau cedera pada organ.
- Masalah Kesuburan
Jaringan parut dan adhesi yang dihasilkan dari operasi caesar dapat menyebabkan masalah kesuburan. Dalam beberapa kasus, kondisi tersebut membuat ibu lebih sulit untuk hamil atau meningkatkan risiko kehamilan ektopik.
Baca Juga:
Mitos Vs Fakta Tentang Persalinan Caesar
Ada banyak mitos dan kesalahpahaman seputar persalinan sesar. Beberapa yang paling umum adalah sebagai berikut:
- Mitos 1: Persalinan caesar adalah jalan keluar yang mudah
Namun faktanya, proses melahirkan dengan caesar adalah operasi besar yang melibatkan risiko dan masa pemulihan yang lebih lama dibandingkan dengan persalinan pervaginam.
Memilih operasi caesar bukanlah keputusan yang mudah dan tidak boleh dianggap enteng. Ibu yang menjalani operasi caesar harus mengatasi rasa sakit pasca operasi, memiliki keterbatasan fisik, dan potensi dampak emosional.
- Mitos 2: Wanita yang melahirkan secara caesar tidak dapat menyusui dengan sukses
Pada masa awal menyusui, mungkin memang lebih menantang karena rasa sakit dan keterbatasan mobilitas. Namun dengan dukungan dan bimbingan yang tepat, banyak wanita yang melahirkan secara caesar dapat berhasil menyusui.
- Mitos 3: Sekali caesar, selalu caesar
Banyak wanita yang pernah melahirkan secara caesar sebelumnya dapat mencoba melahirkan secara normal setelah caesar (VBAC). Namun tentu saja, dengan bantuan dan pemantauan yang tepat dari dokter.
- Mitos 4: Persalinan sesar bebas risiko
Melahirkan dengan cara operasi caesar dapat menyelamatkan nyawa dalam kasus-kasus tertentu. Meski demikian, prosedur tersebut tetap memiliki potensi risiko dan komplikasi bagi ibu dan bayi. Contohnya termasuk infeksi, pendarahan hebat, dan cedera pada organ.
Baca Juga:
Alternatif Pilihan Persalinan dan Pengambilan Keputusan
Berikut ini adalah beberapa metode yang bisa menjadi alternatif untuk sebagai bahan pertimbangan.
A. Kelahiran Pervaginam Setelah Operasi Caesar
Bagi wanita yang sebelumnya pernah menjalani operasi caesar, persalinan pervaginam setelah operasi caesar (VBAC) mungkin bisa dijadikan alternatif.
VBAC yang sukses dapat membuat waktu pemulihan yang lebih singkat, komplikasi yang lebih sedikit, dan pengalaman melahirkan yang lebih memuaskan.
Namun, tidak semua ibu hamil bisa melakukan VBAC. Hal tersebut karena prosedur ini memiliki potensi risiko, seperti pecahnya rahim.
Beberapa faktor yang dapat mempengaruhi kemungkinan keberhasilan VBAC meliputi:
- Jenis sayatan caesar sebelumnya
- Alasan caesar sebelumnya
- Periode atau waktu sejak caesar terakhir
- Kesehatan ibu dan bayi secara keseluruhan
B. Operasi Caesar yang Lembut
Operasi caesar yang lembut, juga dikenal sebagai operasi caesar alami atau berpusat pada keluarga merupakan pendekatan alternatif untuk operasi caesar tradisional.
Pilihan ini bertujuan untuk menciptakan pengalaman kelahiran yang lebih positif dengan memasukkan unsur-unsur kelahiran pervaginam. Contohnya seperti kontak kulit langsung, penjepitan tali pusat yang tertunda, dan persalinan bayi yang lebih lambat dan lebih terkontrol.
Proses melahirkan dengan metode operasi caesar lembut tetap merupakan prosedur pembedahan. Akan tetapi, dapat memberikan pengalaman yang lebih memuaskan secara emosional bagi ibu yang membutuhkan operasi caesar.
C. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Keputusan Persalinan Caesar
Beberapa faktor dapat mempengaruhi keputusan untuk melahirkan sesar:
- Jika terjadi komplikasi seperti gawat janin, plasenta previa, atau sungsang selama kehamilan atau persalinan.
- Ibu hamil yang pernah melahirkan caesar sebelumnya mungkin memerlukan operasi caesar pada kehamilan berikutnya.
- Dalam beberapa kasus, ibu hamil dapat meminta persalinan sesar karena alasan pribadi atau karena kecemasan tentang persalinan pervaginam.
Baca Juga:
Pentingnya Memahami Proses Melahirkan Melalui Operasi Caesar
Itulah tadi penjelasan mengenai cara atau proses melahirkan lewat operasi caesar. Bagaimana Bunda? Semoga informasinya bermanfaat, ya!
Persalinan caesar atau melahirkan caesar sebenarnya merupakan prosedur pembedahan yang digunakan untuk melahirkan bayi saat persalinan pervaginam tidak memungkinkan atau aman bagi ibu dan bayinya.
Untuk itu, Bunda perlu memahami proses, risiko, manfaat, dan efek samping persalinan caesar sebagai bahan pertimbangan. Yang perlu diingat adalah baik melalui caesar atau pervaginam, ibu tetap berjuang untuk melahirkan buah hati. Jadi, tidak perlu berkecil hati.
Baca Juga:
- NHS, Caesarean section, https://www.nhs.uk/conditions/caesarean-section/#:~:text=A%20caesarean%20section%2C%20or%20C,just%20below%20your%20bikini%20line.
- Cleveland Clinic, C-section, https://my.clevelandclinic.org/health/treatments/7246-cesarean-birth-c-section
- National Library of Medicine, Cesarean Section, https://www.ncbi.nlm.nih.gov/books/NBK546707/