
Setelah lahir, si kecil harus mendapatkan vaksinasi untuk memperkuat kekebalan tubuhnya. Untuk itu, Bunda perlu mengetahui urutan imunisasi pada bayi sesuai jadwal yang telah direkomendasikan.
Sebagai orang tua baru, Bunda mungkin bertanya-tanya mengenai bagaimana urutan pemberian imunisasi untuk bayi sesuai dengan jadwal yang direkomendasikan.
Sebenarnya, nanti Bunda akan mendapatkan panduan dari dokter. Akan tetapi, tidak ada salahnya jika mengedukasi diri sendiri dengan membaca artikel berikut.
Nah daripada semakin penasaran, lebih baik Bunda langsung cek saja ulasan selengkapnya di bawah ini, ya!
Jadwal Imunisasi Bayi Usia 0-6 Bulan
Jadwal imunisasi bayi baru lahir hingga bayi usia 6 bulan melibatkan beberapa vaksinasi penting untuk melindunginya dari berbagai penyakit. Orang tua sebaiknya mematuhi jadwal tersebut untuk memastikan si kecil menerima perlindungan yang optimal.
A. Bayi Baru Lahir
- Hepatitis B
Vaksin hepatitis B atau HB-1 ini berguna untuk melindungi si kecil terhadap virus hepatitis B yang dapat menyebabkan penyakit hati kronis, sirosis, dan kanker hati. Dosis pertama diberikan dalam 24 jam setelah kelahiran untuk mencegah penularan dari ibu ke anak dan memastikan perlindungan dini.
- Polio 0
Dosis vaksin polio oral ini diberikan segera setelah lahir untuk mencegah poliomyelitis. Penyakit tersebut disebabkan oleh virus polio tersebut membuat lumpuh dan dapat mengancam jiwa.
B. Bayi Usia 0-1 Bulan
- Polio 0
Jika tidak diberikan saat lahir, maka vaksin Polio 0 dapat diberikan pada periode ini. Vaksin polio oral membantu mencegah penyebaran virus polio dan melindungi bayi dari efek poliomielitis.
- BCG
Vaksin Bacillus Calmette-Guerin biasanya diberikan sebelum bayi berumur 1 bulan. Vaksin tersebut melindungi dari tuberkulosis, infeksi bakteri yang menyerang paru-paru tetapi juga dapat berdampak pada organ lain.
Vaksin ini penting digalakkan di daerah dengan prevalensi tuberkulosis yang tinggi dan membantu mengurangi risiko komplikasi yang parah.
C. Bayi Usia 2 Bulan
- DP-HiB 1
Pada usia ini, diberikan dosis pertama vaksin kombinasi yang melindungi bayi dari dari difteri, pertusis (batuk rejan), dan Haemophilus influenzae tipe b.
Difteri adalah infeksi bakteri yang dapat menyebabkan masalah pernapasan parah, sedangkan pertusis sangat menular dan dapat menyebabkan kesulitan bernapas pada bayi.
Sementara itu, Haemophilus influenzae tipe b dapat menyebabkan infeksi yang mengancam jiwa seperti meningitis dan pneumonia.
- Polio 1
Pemberian vaksin Polio dosis kedua ini melanjutkan perlindungan terhadap poliomielitis dan mengurangi risiko kelumpuhan atau kematian yang disebabkan oleh virus polio.
- Hepatitis B 2
Dosis kedua vaksin hepatitis B tersebut berguna untuk memperkuat perlindungan terhadap infeksi dan penyakit hati.
- Rotavirus
Vaksin rotavirus melindungi dari infeksi rotavirus yang menyebabkan diare parah, muntah, dan dehidrasi pada bayi. Vaksin ini membantu mengurangi risiko rawat inap dan komplikasi parah yang terkait dengan infeksi.
- PCV
Vaksin PCV berguna untuk mencegah infeksi pneumokokus yang disebabkan oleh bakteri Streptococcus pneumoniae. Vaksin tersebut melindungi terhadap kondisi seperti pneumonia, meningitis, dan sepsis yang dapat mengancam si kecil kecil.
D. Bayi Usia 3 Bulan
- DP-HiB 2
Dosis kedua dari gabungan vaksin difteri, pertusis, dan Haemophilus influenzae tipe b ini diberikan untuk semakin memperkuat sistem kekebalan bayi terhadap infeksi berbahaya.
- Polio 2
Pemberian vaksin Polio dosis reguler untuk bayi usia 3 bulan gunanya masih sama yaitu untuk memperkuat perlindungan terhadap virus polio.
- Rotavirus
Dosis kedua vaksin rotavirus berfungsi untuk meningkatkan kekebalan bayi terhadap penyebab umum diare berat dan dehidrasi.
- PCV
Pemberian dosis kedua vaksin pneumokokus berguna untuk meningkatkan perlindungan terhadap berbagai infeksi pneumokokus.
E. Bayi Usia 4 Bulan
- DP-HiB 3
Pada usia 4 bulan, si kecil diberikan dosis ketiga dari gabungan vaksin difteri, pertusis, dan Haemophilus influenzae tipe b. Gunanya adalah untuk memperkuat kekebalan.
- Polio 3
Vaksin Polio lanjutan juga diberikan pada periode ini untuk mengurangi risiko poliomielitis dan memastikan perlindungan berkelanjutan terhadap virus polio.
- Rotavirus
Dosis ketiga dan terakhir dari vaksin rotavirus tersebut memberikan kekebalan optimal terhadap infeksi rotavirus, yang dapat menyebabkan diare berat, muntah, dan dehidrasi pada bayi.
F. Bayi Usia 6 Bulan
- Campak Rubella
Pemberian vaksin campak dan rubella (MR) berguna untuk melindungi si kecil dari campak yang sangat menular dan dapat menyebabkan komplikasi parah.
Sementara itu, rubella atau campak Jerman dapat menyebabkan cacat lahir pada bayi yang belum lahir jika tertular oleh ibu hamil.
Vaksin MR membantu mengurangi risiko wabah dan komplikasi yang terkait dengan penyakit ini.
- DP-HiB Booster
Selanjutnya, jadwal pemberian untuk dosis penguat dari gabungan vaksin difteri, pertusis, dan Haemophilus influenzae tipe b ini berguna untuk membantu si kecil mempertahankan kekebalan jangka panjang terhadap infeksi ini.
- Polio Booster
Pada umur 6 bulan, bayi mendapatkan dosis booster vaksin polio. Gunanya adalah untuk memperkuat perlindungan terhadap virus polio dan menjaga kekebalan bayi terhadap poliomyelitis.
- Hepatitis B Booster
Selain yang sudah disebutkan di atas, pada periode ini si kecil juga mendapatkan dosis penguat vaksin hepatitis B. Fungsinya adalah untuk membantu melindungi dari virus hepatitis B yang menyebabkan infeksi hati.
- PCV Booster
Pemberian vaksin PCV booster ini membantu untuk mempertahankan kekebalan terhadap berbagai infeksi pneumokokus yang dapat menyebabkan komplikasi kesehatan yang parah.
Baca Juga:
Jadwal Imunisasi Bayi Usia 7-24 Bulan
Saat tumbuh dan berkembang, buah hati Bunda terus membutuhkan vaksinasi untuk melindunginya dari berbagai penyakit. Berikut jadwal imunisasi lanjutan untuk bayi usia 7-24 bulan:

A. Usia 7-12 Bulan
- Campak, Gondongan, Rubella
Vaksin ini melindungi bayi dari campak, gondok, dan rubella. Dosis pertama biasanya diberikan antara usia 12 dan 15 bulan.
Akan tetapi, dapat diberikan paling cepat sembilan bulan jika ada risiko tinggi paparan atau terjadi wabah. Vaksin MMR membantu mencegah komplikasi dan penyebaran penyakit menular tersebut.
- Varicella
Dosis pertama vaksin varicella diberikan antara usia 12 dan 15 bulan untuk melindungi dari cacar air. Dalam beberapa kasus yang parah, infeksi virus tersebut dapat menyebabkan komplikasi seperti infeksi kulit, radang paru-paru, dan peradangan otak.
Vaksin ini sangat penting untuk mencegah wabah dan komplikasi yang berhubungan dengan cacar air.
B. Usia 12-18 Bulan
- Hepatitis A
Pada periode usia ini, bayi akan mendapatkan vaksin hepatitis A. Umumnya, akan diberikan dalam dua dosis. Nah, dosis pertama biasanya diberikan antara usia 12 dan 23 bulan.
Vaksin tersebut melindungi dari virus hepatitis A yang dapat menyebabkan penyakit hati dan sangat menular. Vaksin membantu mengurangi risiko wabah dan meningkatkan kesehatan hati secara keseluruhan.
- Campak, Gondongan, Rubella
Apabila belum mendapatkan vaksin MMR sebelumnya, maka dosis pertama harus diberikan pada periode ini. Tujuannya adalah untuk memastikan bayi menerima perlindungan terhadap penyakit yang sangat menular dan berpotensi berbahaya ini.
- Varicella
Pada periode ini, si kecil harus sudah mendapatkan vaksin Varicella atau chickenpox. Memastikan pemberian vaksin tepat waktu membantu mencegah penyebaran cacar air dan mengurangi risiko komplikasi parah.
- PCV
Bunda juga harus memastikan si buah hati telah menerima semua dosis vaksin pneumokokus yang diperlukan. Tujuannya adalah untuk melindungi dari berbagai infeksi pneumokokus yang disebabkan oleh bakteri Streptococcus pneumoniae.
C. Usia 18-24 Bulan
- Hepatitis A
Dosis kedua vaksin hepatitis A harus diberikan setidaknya enam bulan setelah dosis pertama.
- Tifoid
Vaksin tifoid dapat diberikan kepada bayi berusia antara 18 dan 24 bulan. Fungsi dari vaksin tersebut adalah melindungi terhadap infeksi bakteri yang disebabkan oleh Salmonella Typhi.
Vaksinasi adalah tindakan pencegahan penting untuk mengurangi risiko demam tifoid pada bayi dan anak kecil. Karena jika terinfeksi dapat menyebabkan penyakit parah, komplikasi, bahkan kematian.
- DPT-HiB
Pada periode ini, si kecil juga mendapatkan booster vaksin difteri, pertusis, dan Haemophilus influenzae tipe b untuk mempertahankan kekebalan. Dosis penguat ini membantu memastikan kekebalan bayi tetap kuat, mengurangi risiko komplikasi parah, dan penyebaran penyakit ini.
- Polio
Tak hanya DPT, pada usia 18-24 bulan si kecil juga mendapatkan booster vaksin polio. Dosis tambahan tersebut membantu menjaga kekebalan bayi terhadap poliomielitis, mencegah penyebaran virus, dan mengurangi risiko wabah.
Baca Juga:
Waktu Vaksinasi dan Keterlambatan
Bunda, mematuhi jadwal vaksinasi yang direkomendasikan oleh dokter sangatlah penting. Hal tersebut bertujuan untuk memastikan kesehatan si kecil.

A. Jarak Ideal Antar Vaksinasi
Alasan pemberian jarak yang tepat antara dosis vaksin sangat penting adalah sebagai berikut
- Respons imun yang optimal: jarak antar pemberian dosis memungkinkan sistem kekebalan bayi mengembangkan respons imun yang efektif.
- Kekebalan yang lebih lama: pemberian jarak antar pemberian dosis dapat membantu sistem kekebalan mengembangkan sel-sel memori yang memberikan perlindungan jangka panjang terhadap penyakit.
- Mengurangi risiko efek samping: meminimalkan risiko reaksi merugikan terhadap vaksin sambil memaksimalkan efektivitasnya.
Maka dari itu, sebaiknya Bunda mengikuti jadwal dan jarak vaksinasi yang direkomendasikan untuk memastikan bahwa bayi menerima manfaat penuh dari imunisasi.
B. Konsekuensi Keterlambatan atau Imunisasi yang Terlewat
Menunda atau melewatkan vaksinasi dapat menimbulkan konsekuensi serius bagi bayi dan masyarakat. Beberapa potensi risiko yang terkait dengan vaksinasi yang tertunda atau terlewat adalah sebagai berikut:
1. Peningkatan Kerentanan Terhadap Penyakit
Bayi yang melewatkan atau menunda vaksinasi berisiko lebih tinggi tertular penyakit. Bahkan, bisa saja mendapatkan komplikasi parah, masalah kesehatan jangka panjang, atau bahkan kematian.
2. Wabah
Saat banyak anak melewatkan vaksinasi, maka dapat menyebabkan wabah penyakit sehingga membahayakan seluruh masyarakat.
3. Kekebalan Kelompok yang Melemah
Kekebalan kelompok atau herd immunity membantu melindungi individu yang rentan, seperti bayi, orang tua, dan orang dengan sistem kekebalannya lemah.
Ketika tingkat vaksinasi menurun, kekebalan kelompok pun melemah dan meningkatkan risiko penularan penyakit di dalam masyarakat.
4. Kerentanan Berkepanjangan
Menunda vaksinasi memperpanjang periode di mana bayi rentan terhadap penyakit, serta meningkatkan risiko infeksi, dan komplikasi.
5. Kekebalan yang Tidak Lengkap
Menunda jadwal imunisasi bayi dapat menyebabkan respons kekebalan yang tidak lengkap sehingga mengurangi kemampuan untuk melawan penyakit secara efektif.
C. Jadwal Imunisasi Susulan
Jika bayi melewatkan atau menunda vaksinasi, dokter dapat memberikan jadwal imunisasi susulan yang disesuaikan dengan kebutuhan. Berikut adalah beberapa aspek kunci dari jadwal imunisasi susulan:
- Pendekatan yang disesuaikan: jadwal vaksinasi susulan disesuaikan berdasarkan usia bayi, riwayat medis, dan vaksinasi sebelumnya.
- Jadwal yang dipercepat: dalam beberapa kasus, dokter dapat merekomendasikan untuk mempercepat jadwal vaksinasi. Gunanya adalah untuk memberikan perlindungan yang lebih cepat terhadap penyakit, terutama jika ada peningkatan risiko paparan atau wabah di masyarakat.
- Memantau kemajuan: pemeriksaan rutin dengan dokter sangat penting untuk memantau perkembangan bayi dan memastikan jadwal imunisasi susulan diikuti dengan benar.
Dengan mengikuti jadwal imunisasi susulan, orang tua dapat membantu bayi membangun dan mempertahankan kekebalan yang kuat terhadap penyakit yang dapat dicegah dengan vaksin. Bahkan, jika ia melewatkan atau menunda vaksinasi di masa lalu.
Baca Juga:
Imunisasi Tambahan dan Pertimbangan Khusus
Terlepas dari jadwal vaksinasi bayi standar, orang tua juga harus mempertimbangkan faktor tambahan yang berkaitan dengan imunisasi.

A. Vaksinasi Opsional untuk Bayi
Ada beberapa vaksin yang bukan merupakan bagian dari jadwal imunisasi rutin, tetapi mungkin bermanfaat bagi bayi. Contohnya seperti:
- Vaksin meningokokus: melindungi dari infeksi meningokokus yang dapat menyebabkan komplikasi parah seperti meningitis dan sepsis.
- Vaksin influenza: direkomendasikan setiap tahun untuk anak berusia enam bulan ke atas, terutama bagi yang memiliki kondisi kesehatan kronis atau sistem kekebalan yang lemah.
- Vaksin pneumokokus (PCV13): vaksin PCV memang bagian dari jadwal imunisasi bayi yang standar. Meski demikian, beberapa dokter mungkin merekomendasikan dosis tambahan untuk bayi dengan kondisi tertentu seperti prematur atau memiliki penyakit kronis.
- Vaksin human papillomavirus (HPV): meskipun biasanya diberikan selama masa remaja, vaksin HPV terkadang dapat direkomendasikan untuk bayi dengan kondisi kesehatan tertentu yang meningkatkan risiko penyakit terkait HPV.
B. Vaksinasi Saat Sakit
Dampak penyakit pada vaksinasi tergantung pada tingkat keparahan kondisi bayi:
- Penyakit ringan: untuk penyakit ringan seperti pilek, demam ringan, atau diare ringan, umumnya vaksinasi dapat diberikan sesuai jadwal.
- Penyakit sedang hingga berat: dalam kasus penyakit yang lebih parah, seperti demam tinggi, muntah, atau dehidrasi, dokter dapat merekomendasikan penundaan vaksinasi hingga bayi pulih.
Menunda vaksinasi selama sakit memastikan sistem kekebalan bayi dapat merespons vaksin secara efektif dan meminimalkan potensi efek samping.
C. Efek Samping Umum dari Vaksinasi
Adapun beberapa efek samping setelah pemberian vaksin pada bayi adalah sebagai berikut:
- Pembengkakan seluruh anggota tubuh: dapat terjadi setelah vaksinasi tertentu dan biasanya sembuh dalam beberapa hari.
- Ruam ringan: vaksin campak, gondong, dan rubella (MMR) dapat menyebabkan ruam ringan yang hilang dengan sendirinya.
- Kemerahan, bengkak, atau nyeri di tempat suntikan
- Demam ringan
- Rewel
- Kantuk
- Kehilangan selera makan
D. Langkah-Langkah Pencegahan Setelah Imunisasi
Berikut adalah langkah-langkah untuk mencegah atau mengatasi efek samping imunisasi:
- Pemberian pereda nyeri sesuai usia: dapat diberikan sesuai rekomendasi dokter saat bayi merasa tidak nyaman
- Menghindari pakaian ketat: pakaikan pakaian longgar untuk bayi supaya meminimalkan tekanan pada tempat penyuntikan.
- Memberikan kenyamanan: menggendong, mengayun, atau memeluk bayi dapat membantu meringankan kesusahan atau ketidaknyamanan yang mungkin dialami setelah vaksinasi.
- Jaga agar bayi tetap nyaman: Gunakan kain dingin dan lembab untuk menyejukkan tempat suntikan dan mengurangi pembengkakan atau kemerahan.
- Tetap terhidrasi: dorong bayi untuk minum cairan agar tetap terhidrasi, terutama jika demam.
- Pantau bayi: awasi bayi untuk efek samping atau tanda-tanda reaksi yang merugikan. Segera hubungi dokter apabila ada tanda-tanda yang mengkhawatirkan.
Baca Juga:
Peran Orang Tua dan Penyedia Layanan Kesehatan
Orang tua dan penyedia layanan kesehatan memiliki peran penting dalam memastikan bayi menerima imunisasi yang diperlukan untuk melindungi kesehatan.

A. Perbedaan Vaksinasi pada Bidan dan Dokter
Saat memilih penyedia layanan kesehatan untuk memberikan vaksinasi, orang tua harus mempertimbangkan faktor-faktor berikut:
- Lingkungan: klinik kebidanan dapat memberikan lingkungan yang lebih santai dan nyaman untuk bayi, sementara kantor dokter anak atau keluarga mungkin lebih bersifat klinis.
- Ketersediaan vaksin: dokter mungkin memiliki akses lebih cepat ke vaksin baru atau vaksin untuk kondisi kesehatan tertentu, sedangkan bidan mungkin lebih terbatas dalam cakupan vaksinasi yang mereka tawarkan.
- Perawatan lanjutan: baik bidan maupun dokter dapat memberikan perawatan lanjutan setelah vaksinasi, tetapi pendekatan mereka mungkin berbeda. Bidan mungkin lebih fokus pada dukungan emosional, sementara dokter mungkin berkonsentrasi memantau kesehatan fisik bayi.
B. Tanggung Jawab Orang Tua dalam Menjaga Kesehatan dan Kesejahteraan Bayi
Orang tua dapat berkontribusi lebih lanjut untuk kesehatan dan kesejahteraan si kecil dengan:
- Mengikuti jadwal vaksinasi yang direkomendasikan: memastikan bayi menerima perlindungan tepat waktu terhadap penyakit yang dapat dicegah dengan vaksin.
- Pemantauan efek samping: orang tua harus waspada dalam memantau si buah hati akan efek samping setelah vaksinasi dan mencari nasihat medis jika perlu.
- Mendidik diri sendiri: orang tua harus tetap mendapat informasi tentang vaksin yang diterima bayi mereka dan memahami manfaat dan potensi risiko yang terkait dengan masing-masing vaksin.
- Berkomunikasi dengan penyedia layanan kesehatan: mendiskusikan kebutuhan imunisasi bayi mereka secara teratur dapat membantu orang tua membuat keputusan yang tepat tentang kesehatan bayi.
- Menyimpan catatan vaksinasi: dengan mencatat jadwal vaksinasi bayi yang terkini, orang tua dapat melacak riwayat imunisasi dan menjadwalkan vaksinasi di masa mendatang.
C. Konsultasi dengan Dokter Anak untuk Informasi Lebih Lanjut
Dokter anak dapat memberikan panduan dan dukungan lebih lanjut kepada orang tua mengenai imunisasi si kecil. Konsultasi tersebut berguna untuk:
- Memberikan jawaban atas pertanyaan orang tua dan mengatasi kekhawatiran yang mungkin dimiliki tentang vaksin.
- Membantu orang tua membuat keputusan yang tepat tentang vaksin opsional berdasarkan faktor risiko spesifik atau kondisi kesehatan bayi mereka.
- Jika melewatkan jadwal imunisasi, dokter dapat memberikan jadwal susulan yang dipersonalisasi untuk memastikan bayi tetap terlindungi.
- Menawarkan rekomendasi yang dipersonalisasi berdasarkan kesehatan bayi, riwayat medis, dan kebutuhan khusus.
- Jika bayi memiliki kebutuhan kesehatan yang kompleks, dokter anak dapat bekerja sama dengan profesional kesehatan lainnya untuk memastikan bayi menerima perawatan terbaik.
- Memberikan materi pendidikan kepada orang tua, seperti brosur, artikel, atau situs web, untuk membantu orang tua lebih memahami vaksin dan manfaatnya.
Baca Juga:
Pentingnya Mengikuti Jadwal Imunisasi Bayi
Nah, demikianlah ulasan mengenai jadwal imunisasi bayi yang dapat Bunda simak lewat artikel di atas. Semoga setelah membacanya dapat memberikan manfaat ya, Bunda.
Bunda sebaiknya mengikuti imunisasi sesuai yang telah dijadwalkan. Gunanya adalah untuk memastikan si kecil menerima perlindungan tepat waktu terhadap penyakit yang dapat dicegah dengan vaksin.
Tidak ada alasan bagi anak tidak mendapatkan imunisasi karena sangat penting untuk mendukung kekebalan tubuhnya. Apabila jadwal terlewat, nanti bisa berkonsultasi dengan dokter untuk mendapatkan vaksinasi susulan.
Baca Juga:
- IDAI, Jadwal Imunisasi IDAI 2020, https://www.idai.or.id/tentang-idai/pernyataan-idai/jadwal-imunisasi-idai-2020
- CDC, Child and Adolescent Immunization Schedule by Age, https://www.cdc.gov/vaccines/schedules/hcp/imz/child-adolescent.html
- UNICEF, Child immunization schedule and vaccine-prevented diseases, https://www.unicef.org/indonesia/health/vaccines-and-diseases-they-prevent