
Menyusuri tahap ketika bayi mulai selektif dalam memilih makanan bisa cukup menantang bagi orang tua baru. Temukan penyebab dan cara mengatasi bayi susah makan di artikel ini.
Setiap Bunda akan menghargai saat-saat melihat bayinya berkembang, dari cekikikan pertamanya hingga momen pertama merasakan makanan padat. Namun, bagaimana jika suap pertama yang dinanti-nanti itu disambut dengan cemberut dan penolakan?
Situasi ini bukan hanya menimbulkan kefrustasian, tetapi juga kecemasan. Hal itu adalah awal dari tantangan yang akrab bagi banyak orang tua.
Di artikel ini telah kami rangkum panduan lengkap mengenai penyebab dan cara mengatasi bayi susah makan. Yuk, simak langsung saja!
Penyebab Bayi Menjadi Selektif dalam Makan
Bayi yang selektif dalam makan bisa menjadi sumber kekhawatiran bagi orang tua. Untuk menangani masalah ini secara efektif, penting untuk mengerti penyebab-penyebab potensialnya, yang secara garis besar dapat dikelompokkan ke dalam faktor perkembangan, lingkungan, dan medis.
A. Faktor Perkembangan
1. Proses Perkembangan Natural
Bayi mengalami pertumbuhan dan perkembangan yang signifikan selama tahun-tahun awal mereka. Sebagai bagian dari perkembangan ini, kebiasaan makan si kecil dapat berubah-ubah.
Mungkin ada periode di mana mereka makan dengan lahap, disusul oleh fase ketika mereka tampak tidak tertarik pada makanan. Inilah bagian dari proses bayi menjelajahi otonomi dan menunjukkan kemandiriannya, hal ini merupakan bagian penting dari proses perkembangannya.
2. Takut Terhadap Makanan Baru
Banyak bayi menunjukkan neofobia, yaitu rasa takut terhadap sesuatu yang baru, terutama pada makanan baru.
Rasa takut ini dapat membuat bayi langsung menolak makanan yang belum mereka kenali. Memahami ini sebagai tahap perkembangan normal dapat membantu Bunda merencanakan strategi dalam memperkenalkan makanan dan rasa baru secara perlahan tanpa menimbulkan stres yang tidak perlu.
3. Transisi ke Makanan Padat
Perpindahan dari ASI atau susu formula ke makanan padat merupakan perubahan besar bagi bayi. Ia harus beradaptasi dengan berbagai rasa dan tekstur, yang bisa membuatnya merasa kewalahan.
Beberapa bayi mungkin mengalami kesulitan dengan transisi ini, yang menghasilkan kebiasaan selektif dalam makan. Pendekatan bertahap dan kesabaran dapat membantu mempermudah proses ini.
B. Faktor Lingkungan
1. Suasana Saat Makan
Lingkungan waktu makan memiliki peran penting dalam membentuk kebiasaan makan bayi. Lingkungan yang tenang, santai, dan positif dapat membuat makan menjadi kegiatan yang menyenangkan, dan memotivasi bayi untuk mencoba makanan baru.
Sebaliknya, suasana yang penuh tekanan dan tergesa-gesa dapat memicu asosiasi negatif dengan waktu makan, yang berakibat pada bayi menjadi selektif dalam makan.
2. Pengaruh Orang Tua
Kebiasaan makan orang tua dapat berpengaruh signifikan terhadap preferensi makanan bayi. Jika orang tua menunjukkan pola makan yang terbatas atau tidak sehat, anak-anak mereka cenderung akan meniru perilaku tersebut.
Di sisi lain, orang tua yang mengonsumsi berbagai makanan sehat dapat menumbuhkan kebiasaan serupa pada anaknya.
2. Paparan Variasi yang Terbatas
Mengekspos bayi pada berbagai tekstur, rasa, dan jenis makanan sejak dini dapat membantu mengurangi sikap selektif terhadap makanan.
Makanan yang beragam tidak hanya melatih palet rasa mereka tetapi juga memastikan mereka mendapatkan berbagai nutrisi penting.
Paparan yang terbatas pada beragam jenis makanan dapat menghasilkan preferensi makanan yang sempit dan keengganan untuk mencoba makanan baru.
C. Faktor Medis
1. Tumbuh Gigi
Tumbuh gigi bisa menjadi proses yang tidak nyaman, yang bisa mengakibatkan bayi enggan untuk makan, terutama makanan yang lebih keras.
Memantau proses pertumbuhan gigi bayi dan membuat penyesuaian pada pola makan seperti menawarkan makanan yang lebih lembut, dapat memastikan mereka mendapatkan nutrisi yang cukup selama periode ini.
2. Alergi dan Intoleransi Makanan
Jika bayi memiliki alergi atau intoleransi makanan yang belum terdiagnosis, makan bisa menjadi sumber ketidaknyamanan. Pengalaman ini bisa membuat bayi menolak makanan tertentu.
Jika bayi secara konsisten menolak makanan tertentu atau menunjukkan tanda-tanda ketidaknyamanan setelah makan, alangkah baiknya untuk mempertimbangkan kemungkinan alergi atau intoleransi makanan dan konsultasikan dengan profesional kesehatan.
3. Masalah Kesehatan yang Mendasari
Masalah kesehatan seperti refluks asam atau sembelit bisa membuat makan menjadi pengalaman yang tidak menyenangkan bagi bayi, yang pada gilirannya bisa menyebabkan mereka menjadi selektif dalam makan.
Jika bayi terus menerus memiliki masalah makan, penting untuk berkonsultasi dengan dokter anak untuk mengidentifikasi dan menangani masalah kesehatan yang mungkin ada.
Baca Juga:
Strategi Mengatasi Kebiasaan Makan yang Selektif
Mengatasi kebiasaan makan yang selektif membutuhkan pemahaman dan pendekatan yang strategis. Beberapa strategi berikut, seperti memperkenalkan makanan baru, menerapkan strategi waktu makan yang bermanfaat, dan menerapkan praktik pengasuhan yang efektif, bisa membantu dalam mengatasi masalah umum ini.
A. Memperkenalkan Makanan Baru
1. Pengenalan secara Bertahap
Memperkenalkan makanan baru secara mendadak bisa membuat bayi merasa kewalahan, dan ini bisa berakibat pada penolakan.
Sebaliknya, perkenalkan makanan baru secara bertahap. Mulailah dengan menambahkan sedikit makanan baru ke dalam makanan yang sudah familiar.
Saat bayi mulai terbiasa dengan rasa baru, secara bertahap tambahkan jumlah makanan baru dan kurangi makanan lama. Transisi yang lambat ini bisa membuat proses pengenalan makanan baru menjadi lebih mudah diterima oleh bayi.
2. Variasi dan Pengulangan
Menawarkan variasi makanan bisa membantu mencegah monotoni dan melatih selera makan bayi. Perlu diingat, bayi mungkin perlu beberapa kali paparan makanan baru sebelum mau memakannya.
Sangat umum bagi bayi untuk menolak makanan baru pada beberapa percobaan pertama. Konsistensi dan kesabaran sangat penting dalam proses ini.
3. Membuat Makanan Menarik
Kesukaan bayi pada makanan baru seringkali dipengaruhi oleh daya tarik visual makanan tersebut.
Cobalah untuk membuat makanan yang berwarna-warni, dengan menggunakan buah dan sayuran yang berbeda.
Bunda bisa bereksperimen dengan bentuk makanan yang unik dengan menggunakan pemotong kue atau menyusun makanan secara kreatif di piring. Trik sederhana ini bisa membuat makanan lebih menarik bagi bayi.
B. Strategi Waktu Makan
1. Menciptakan Lingkungan yang Positif
Lingkungan makan yang santai dan menyenangkan bisa mempengaruhi kebiasaan makan bayi secara positif. Jaga lingkungan makan bebas stres dan gunakan waktu makan sebagai kesempatan untuk menjalin ikatan.
Berkomunikasilah dengan bayi saat makan, pertahankan kontak mata, dan tunjukkan antusiasme tentang makanan untuk menciptakan pengalaman makan yang positif.
2. Rutinitas Makan dan Camilan yang Reguler
Rutinitas makan dan camilan yang reguler bisa membantu mengatur jadwal dan mengenali isyarat lapar dan kenyang bayi.
Pastikan untuk memberikan camilan dengan porsi yang cukup sebelum makan utama agar tidak mengganggu nafsu makan bayi pada saat makan.
3. Mendorong Bayi untuk Makan Sendiri
Memberi bayi kesempatan untuk makan sendiri bisa menumbuhkan rasa kontrol dan kemandirian. Kemandirian ini bisa mendorongnya untuk mencoba makanan baru.
Meski makan sendiri bisa berantakan dan mungkin membutuhkan lebih banyak kesabaran, ini merupakan langkah penting dalam pengembangan kebiasaan makan yang baik.
C. Praktik Pengasuhan Anak
1. Menjadi Contoh yang Baik
Orang tua memiliki pengaruh signifikan terhadap kebiasaan makan bayi. Dengan mengonsumsi berbagai makanan sehat dan menunjukkan rasa menikmati saat makan, orang tua bisa menjadi contoh yang baik.
Melihat Bunda menikmati berbagai makanan bisa mendorong bayi untuk melakukan hal yang sama.
2. Menghindari Memaksa Bayi Makan
Memaksa bayi untuk makan bisa menciptakan lingkungan makan yang negatif dan bisa berakibat pada penolakan terhadap makanan atau waktu makan secara umum.
Sebaiknya, dorong bayi untuk mencoba makanan baru tetapi hargai juga sinyal kenyang dan keputusannya jika menolak.
3. Konsultasi dengan Profesional Kesehatan
Jika kebiasaan selektif dalam makan masih berlanjut atau jika berat badan bayi tidak meningkat sebagaimana diharapkan, konsultasi dengan profesional kesehatan mungkin diperlukan.
Dokter anak atau ahli gizi dapat memberikan saran yang disesuaikan, mengevaluasi pertumbuhan bayi, dan memeriksa potensi masalah medis yang mungkin mempengaruhi pola makan si kecil.
Baca Juga:
Mengatasi Tantangan Umum dalam Pemberian Makan
Memberi makan bayi seringkali dihadapkan dengan berbagai tantangan unik. Mulai dari masalah ketidaknyamanan akibat pertumbuhan gigi, penolakan makanan pada bayi yang lebih besar, hingga masalah kenaikan berat badan yang lambat, setiap tantangan membutuhkan pendekatan yang bijaksana.
A. Kesulitan Pertumbuhan Gigi dan Makan
Bayi usia 6 hingga 9 bulan bisa saja susah makan karena sedang tumbuh gigi. Tumbuh gigi adalah bagian normal dari perkembangan, tetapi bisa menyebabkan ketidaknyamanan dan mengganggu kebiasaan makan yang teratur. Berikut adalah beberapa strategi untuk mempermudah transisi ini:
1. Menyediakan Makanan yang Menenangkan
Saat tumbuh gigi, gusi bayi mungkin merasa lembut dan sensitif. Menyediakan makanan yang dingin dan menenangkan bisa memberikan sedikit keringanan.
Makanan seperti bubur buah yang dingin, yogurt dingin, atau bahkan irisan mentimun yang dingin (dengan pengawasan) bisa menenangkan gusi yang sakit.
2. Makanan Lunak adalah Pilihan Terbaik
Mengunyah bisa menjadi proses yang menyakitkan saat tumbuh gigi. Oleh karena itu, menyediakan makanan lunak dan mudah untuk dimakan bisa membantu memastikan bayi tetap makan cukup selama periode ini.
Pilihlah makanan seperti sayuran yang telah dimasak dan dihancurkan, buah-buahan yang telah dihaluskan atau dicincang, dan bubur yang halus.
3. Bersikap Sabar dan Mengerti
Ketidaknyamanan dari tumbuh gigi adalah sementara, dan penurunan nafsu makan seringkali terjadi selama periode ini.
Teruslah memberikan makanan yang bergizi dan mempertahankan waktu makan yang teratur. Setelah ketidaknyamanan mereda, nafsu makan bayi mungkin akan pulih kembali.
B. Penolakan Makanan pada Bayi yang Lebih Besar
Seiring bayi tumbuh dan mulai menunjukkan kemandiriannya, mereka mungkin mulai menolak makanan tertentu. Berikut adalah cara menangani situasi ini:
1. Ketekunan adalah Kunci
Bayi sering kali menolak makanan baru pada awalnya. Sangat penting untuk tetap konsisten dan menawarkan makanan tersebut berulang kali selama beberapa minggu. Bayi mungkin membutuhkan hingga 15 kali percobaan sebelum menerima makanan baru.
2. Buat Suasana Makan Menyenangkan
Menambahkan unsur kegembiraan dapat meningkatkan minat bayi pada makanannya. Jadilah kreatif dalam penyajian, buat makanan yang berwarna-warni, gunakan piring yang menarik, atau biarkan bayi bermain dengan makanannya untuk mengeksplorasi berbagai tekstur.
3. Hindari Pemberian Makan Secara Paksa
Memaksa bayi untuk makan dapat menciptakan konflik kekuasaan dan membuat pengalaman makan menjadi negatif. Dorong bayi untuk makan, tetapi hormati keputusan mereka jika mereka menolak.
C. Mengatasi Kenaikan Berat Badan yang Lambat
Kenaikan berat badan yang lambat bisa menjadi sumber kekhawatiran bagi orang tua. Berikut adalah cara untuk mengatasinya:
1. Konsultasi dengan Profesional Kesehatan
Jika khawatir dengan kenaikan berat badan bayi, carilah saran dari profesional kesehatan. Seorang profesional kesehatan dapat mengevaluasi pertumbuhan bayi, memeriksa masalah kesehatan yang mendasarinya, dan memberikan saran yang disesuaikan berdasarkan kebutuhan gizi bayi.
2. Menyediakan Makanan yang Kaya Nutrisi
Memasukkan makanan yang kaya nutrisi ke dalam diet bayi dapat meningkatkan kenaikan berat badan. Makanan seperti alpukat, yogurt full-fat (untuk bayi di atas enam bulan), dan bubur daging dapat memberikan kalori dan nutrisi tambahan.
Ingatlah untuk memperkenalkan makanan ini secara bertahap dan dalam jumlah yang kecil untuk menghindari beban berlebih pada sistem pencernaan bayi.
3. Menjaga Jadwal Pemberian Makan yang Teratur
Menjaga jadwal makan yang teratur memastikan bayi mendapatkan kesempatan untuk makan secara reguler sepanjang hari. Menambahkan camilan sehat di antara waktu makan juga dapat meningkatkan total asupan kalori bayi.
Baca Juga:
Vitamin dan Suplemen untuk Anak yang Pilih-Pilih dalam Makan
Memastikan bahwa anak yang selektif dalam makan mendapatkan cukup nutrisi untuk pertumbuhan dan perkembangan si kecil sangat penting.
Vitamin dan suplemen kadang-kadang bisa membantu menutupi kekurangan nutrisi ini. Namun, penting untuk memahami mana yang aman dan efektif untuk bayi.
A. Vitamin yang Aman dan Efektif untuk Bayi
Beberapa vitamin sangat penting untuk pertumbuhan bayi, terutama jika mereka selektif dalam makan atau memiliki pantangan makanan. Berikut adalah penjelasan lebih lanjut:
1. Vitamin D
Vitamin D sangat penting untuk perkembangan tulang yang sehat dan fungsi imun. Ini membantu dalam penyerapan kalsium, yang mendukung tulang dan gigi yang lebih kuat.
Meskipun sinar matahari adalah sumber signifikan dari vitamin D, seringkali tidak cukup, terutama untuk bayi yang diberi ASI secara eksklusif. Konsultasikan dengan profesional kesehatan untuk mendapatkan panduan tentang dosis yang tepat jika suplemen diperlukan.
2. Zat Besi
Zat besi sangat penting dalam pembentukan hemoglobin, protein yang terdapat dalam sel darah merah yang mengangkut oksigen ke seluruh tubuh.
Zat besi juga berperan penting dalam perkembangan otak. Bayi yang lahir prematur, memiliki berat lahir rendah, atau bayi yang tidak cukup mengonsumsi makanan yang mengandung zat besi mungkin perlu suplemen zat besi.
Namun, konsultasikan terlebih dahulu dengan profesional kesehatan untuk menentukan apakah suplemen zat besi diperlukan.
3. Multivitamin
Multivitamin bisa menjadi sumber berbagai nutrisi yang penting bagi perkembangan bayi. Ini bisa sangat membantu bagi bayi yang susah makan atau memiliki variasi makanan yang terbatas.
Namun, sebelum memulai suplemen multivitamin, pastikan untuk berkonsultasi dengan profesional kesehatan untuk memastikan bahwa suplemen tersebut sesuai dengan kebutuhan bayi dan tidak akan mengakibatkan overdosis dari nutrisi tertentu.
B. Perangsang Nafsu Makan Alami
Beberapa makanan dikenal dapat merangsang nafsu makan secara alami dan bisa disertakan dalam makanan bayi, seperti:
1. Biji Fenugreek
Biji fenugreek atau klabet seringkali digunakan sebagai obat alami untuk meningkatkan nafsu makan.
Bunda bisa menambahkan sedikit bubuk klabet ke makanan bayi, seperti nasi atau bubur sayuran.
Namun, ingatlah untuk menggunakan fenugreek dalam jumlah yang sesuai karena penggunaan dalam jumlah banyak dapat menyebabkan gangguan pencernaan.
2. Jahe
Jahe dikenal memiliki berbagai manfaat kesehatan, termasuk kemampuannya untuk merangsang nafsu makan.
Sejumlah kecil jahe dapat ditambahkan ke makanan bayi seperti sup atau bubur untuk membantu meningkatkan nafsu makan bayi.
3. Biji Adas
Biji adas terkenal karena khasiatnya dalam meningkatkan pencernaan dan merangsang nafsu makan.
Bunda bisa merendam biji adas dalam air panas untuk membuat teh, lalu memberikan teh tersebut yang telah dingin ke bayi dalam botol atau cangkir minum bayi.
C. Mengidentifikasi Kapan Suplemen Diperlukan
Meski vitamin dan suplemen bisa bermanfaat, mereka seharusnya tidak digunakan sebagai pengganti diet seimbang.
Penting untuk berkonsultasi dengan profesional kesehatan sebelum memulai pemberian suplemen apapun kepada bayi.
Profesional kesehatan dapat mengevaluasi kesehatan dan status gizi bayi secara menyeluruh, dengan mempertimbangkan faktor-faktor seperti berat badan, laju pertumbuhan, dan asupan makanan.
Berdasarkan evaluasi ini, dokter bisa menentukan apakah suplemen dibutuhkan dan merekomendasikan dosis yang sesuai.
Baca Juga:
Membangun Kebiasaan Makan Sehat
Menanamkan kebiasaan makan sehat sejak dini dapat berdampak besar pada hubungan anak dengan makanan jangka panjang. Berikut adalah beberapa cara untuk mempromosikan kebiasaan ini:
A. Menciptakan Lingkungan Makan yang Mendukung
Lingkungan makan yang positif dan mendukung dapat mendorong anak untuk memiliki hubungan yang sehat dengan makanan.
1. Jadwal Makan dan Camilan
Menentukan jadwal makan dan camilan yang rutin dapat membantu mengatur rasa lapar dan isyarat kenyang pada anak.
Rutinitas ini juga bisa memberi kepastian pada anak bahwa ia akan mendapatkan kesempatan untuk makan secara teratur, mengurangi kemungkinan makan berlebihan atau melewatkan waktu makan.
2. Makan Bersama Keluarga
Makan bersama sebagai keluarga tidak hanya sebagai momen kebersamaan. Ini memberi kesempatan pada anak untuk belajar tentang berbagai jenis makanan, melihat orang lain menikmati berbagai makanan, dan memahami etika makan.
Makan bersama keluarga juga bisa memperkenalkan anak pada berbagai rasa, mendorong pola makan yang lebih beragam.
3. Membuat Suasana Positif
Pembentukan suasana makan yang tenang dan bebas gangguan sangat penting. Usahakan untuk mematikan televisi, menyisihkan mainan dan perangkat elektronik, dan fokus pada makanan serta interaksi satu sama lain.
Perhatian yang penuh menjadikan waktu makan sebagai pengalaman yang menyenangkan dan menegaskan bahwa makan adalah bagian penting dan nikmat.
B. Mengembangkan Kemampuan Makan Sendiri
Memberi dorongan untuk makan sendiri dapat membantu pengembangan keterampilan motorik halus pada anak dan mendorong perasaan independen.
1. Memulai Dalam Waktu yang Tepat
Mulailah memperkenalkan makan sendiri segera setelah bayi menunjukkan ketertarikan, biasanya sekitar usia enam hingga sembilan bulan.
Mulai dengan makanan yang mudah dipegang, seperti buah-buahan yang lembut atau sayuran yang sudah matang.
2. Memakai Perangkat Makan yang Sesuai dengan Ukuran Anak
Perangkat makan yang disesuaikan dengan ukuran anak dirancang untuk tangan kecil dan dapat membuat proses makan sendiri menjadi lebih mudah dan menyenangkan.
Alat makan ini juga bisa membantu mengembangkan koordinasi yang dibutuhkan untuk makan secara mandiri.
3. Bersabar
Proses makan sendiri adalah proses belajar yang mungkin berantakan. Sangat penting untuk tetap sabar dan memahami si kecil.
Pujilah usaha dan keberhasilannya, terlepas dari seberapa berantakan hasilnya, untuk mendorongnya terus mencoba.
C. Mendorong Varietas Pilihan Makanan
Menyemangati variasi makanan sejak usia dini dapat membantu memperluas palet rasa anak dan mendukung pola makan seimbang.
1. Menawarkan Berbagai Jenis Makanan
Kenalkan anak pada berbagai jenis makanan dari semua kelompok makanan, termasuk buah-buahan, sayuran, biji-bijian, protein, dan produk susu.
Eksposur ini dapat membantu untuk terbiasa dengan rasa, tekstur, dan warna yang berbeda dalam makanan, dan membangun penerimaan serta apresiasi terhadap variasi.
2. Memperkenalkan Makanan Baru dengan Makanan yang Sudah Dikenal
Ketika memperkenalkan makanan baru, sajikanlah bersama dengan makanan favorit yang sudah dikenal.
Memasangkan ini dapat membuat makanan baru tampak kurang menakutkan dan meningkatkan peluang anak untuk mencobanya.
3. Biarkan Anak yang Memilih
Anak-anak cenderung lebih mau makan makanan yang ia pilih sendiri. Berikan berbagai pilihan sehat dan biarkan mereka memilih mana yang ingin ia makan.
Rasa memiliki kontrol ini dapat membuat mereka lebih terbuka untuk mencoba makanan baru dan membantu ia merasa bertanggung jawab atas pilihan makanannya.
Membentuk kebiasaan makan sehat sejak usia dini merupakan investasi yang berharga untuk kesehatan anak di masa mendatang.
Hal itu dapat membantunya memilih makanan yang sehat sepanjang hidup dan memiliki hubungan positif dengan makanan.
Baca Juga:
Tetap Bersabar dan Jangan Patah Semangat
Menghadapi anak yang sulit dalam hal makan bisa menjadi tantangan bagi orang tua. Namun, dengan memahami alasan dan strategi untuk mengatasi keengganan makan, orang tua dapat memiliki perangkat yang diperlukan untuk menghadapi fase ini dengan efektif.
Faktor-faktor perkembangan, lingkungan, dan medis semuanya dapat mempengaruhi kebiasaan makan. Namun dengan kesabaran, kreativitas, dan lingkungan makan yang mendukung, preferensi makanan anak dapat diperluas.
Baca Juga:
- The Nourished Child, 5 REASONS YOUR BABY REFUSES TO EAT, https://thenourishedchild.com/baby-refuses-to-eat/
- The Children's Nutritionist, What to do if your baby is refusing to eat!, https://childrensnutrition.co.uk/full-blog/babyrefusingtoeat/
- Solid Starts, Baby Won't Touch Food?, https://solidstarts.com/troubleshooting/