
Batuk dan pilek menjadi salah satu penyakit yang rentan diderita oleh bayi. Penting bagi Bunda untuk memahami penyebab dan cara mengatasi batuk pilek pada bayi agar gejalanya tidak semakin parah.
Bayi memiliki sistem kekebalan tubuh yang belum sempurna sehingga rentan terkena infeksi ataupun penyakit. Salah satunya adalah batuk dan pilek pada bayi.
Artikel ini menyajikan informasi terkait apa saja penyebab batuk dan pilek sehingga Bunda dapat melakukan pencegahan untuk menghindarkan bayi dari penyakit ini.
Selain itu, ada pula cara mengatasi, baik secara medis ataupun non-medis yang dapat diikuti oleh Bunda jika si kecil menderita pilek dan batuk. Mari simak!
Penyebab Batuk Pilek pada bayi
Pemahaman terhadap penyebab batuk pilek pada bayi penting untuk pengobatan dan pencegahan yang efektif. Beberapa penyebab penyakit ini dapat dikategorikan tiga kelompok utama:

A. Infeksi
Infeksi bakteri dan virus adalah penyebab umum batuk dan pilek pada bayi, di antaranya:
- Respiratory syncytial virus (RSV): menyebabkan infeksi pernapasan, terutama pada anak kecil. Virus ini dapat menyebabkan gejala parah pada bayi, seperti mengi, kesulitan bernapas, dan demam.
- Influenza: flu yang dapat menyebabkan demam tinggi, batuk, dan nyeri tubuh. Disarankan untuk melakukan vaksinasi untuk melindungi dari komplikasi kesehatan yang lebih parah.
- Infeksi streptococcus pneumoniae: infeksi yang menyerang paru-paru, saluran nafas atas, katup jantung, kulit, dan ginjal. Pengobatannya memerlukan antibiotik.
- Rhinovirus: dikenal juga dengan flu biasa yang memengaruhi saluran pernapasan bagian atas dan menyebabkan gejala seperti pilek, hidung tersumbat, dan batuk.
B. Alergi
Alergen lingkungan dapat memicu reaksi alergi sehingga menimbulkan gejala batuk dan pilek, di antaranya:
- Serbuk sari: alergi musiman yang disebabkan oleh serbuk sari dari bunga yang mengakibatkan gatal, bersin, dan hidung tersumbat.
- Bulu hewan peliharaan: bulu atau kulit hewan dapat menyebabkan alergi pada beberapa bayi yang dapat menyebabkan gejala, seperti bersin, flu, gatal dan sebagainya.
- Tungau debu: makhluk mikroskopis ini hidup dalam debu rumah tangga dan dapat menyebabkan reaksi alergi pada bayi, seperti mengi, hidung tersumbat, dan batuk
- Alergi makanan tertentu: seperti susu sapi, telur, kacang, bisa menyebabkan reaksi alergi seperti batuk, pilek, dan bersin
C. Kondisi Medis Lainnya
Beberapa kondisi medis yang mendasari dapat menyebabkan atau memperparah batuk dan pilek pada bayi, contohnya:
- Bronkiolitis: biasanya disebabkan oleh respiratory syncytial virus (RSV) dapat memengaruhi saluran udara kecil di paru-paru, menyebabkan batuk, mengi, dan kesulitan bernapas.
- Asma: bayi dengan asma mungkin mengalami batuk, mengi, dan sesak napas karena peradangan dan penyempitan saluran udara.
- Gastroesophageal reflux disease (GERD): bayi mengalami batuk dan penyumbatan karena asam lambung mengiritasi tenggorokan dan saluran udara.
Baca Juga:
Pengobatan Alami untuk Mengatasi Batuk Pilek pada Bayi
Sebelum mendapatkan penanganan medis, ada beberapa pengobatan alami yang dapat Bunda coba untuk mengobati batuk dan pilek pada bayi. Berikut ini metodenya:
A. Istirahat dan Tidur yang Cukup
Memastikan bayi mendapat istirahat yang cukup sangat penting untuk pemulihan. Tidur memungkinkan tubuh untuk menyembuhkan dan memperkuat sistem kekebalan tubuh.
Bunda sebaiknya menciptakan lingkungan yang tenang untuk tidur dengan menjaga suhu kamar, meredupkan lampu, serta memutar musik yang menenangkan.
B. Hidrasi
Menjaga bayi tetap terhidrasi sangat penting untuk mengencerkan lendir dan mengurangi penyumbatan pada hidung. Berikan ASI atau susu formula lebih sering. Untuk bayi usia 6 bulan ke atas, bisa diberikan cairan tambahan seperti air putih.
Menjaga bayi tetap terhidrasi dengan baik juga membantu mengeluarkan racun dan mendukung kesehatan secara keseluruhan.
C. Tetes Saline dan Pengisapan Lendir
Meneteskan tetes saline ke lubang hidung bayi dapat membantu membantu memudahkan pernapasan dan membersihkan saluran hidung.
Untuk pengisapan lendir, Bunda bisa menggunakan bulb syringe atau aspirator hidung. Pastikan untuk berhati-hati selama menggunakan alat pengisap lendir ini dan tidak memasukkan perangkat terlalu jauh ke dalam lubang hidung.
D. Menyusui
ASI mengandung antibodi dan penambah kekebalan yang membantu melindungi bayi dari infeksi sekaligus memenuhi nutrisi penting untuk tubuh.
Jika ASI langsung sulit karena tersumbat, coba lakukan sedot ASI dengan alat dan berikan pada bayi dengan sendok atau dot.
E. Menghirup Uap
Mengekspos bayi ke udara hangat dan lembab dapat membantu mengencerkan lendir dan meredakan hidung tersumbat. Bunda bisa mencoba untuk mandi air panas dan duduk di kamar mandi yang dipenuhi uap bersama bayi untuk waktu yang singkat.
Cara lain yang dapat dicoba adalah menggunakan handuk atau waslap hangat di dada bayi untuk memberikan terapi uap lokal.
F. Menggunakan Humidifier
Humidifier atau alat pelembap kabut dingin dapat membantu meredakan penyumbatan dan memudahkan pernapasan. Pastikan untuk membersihkan dan merawat humidifier secara teratur untuk mencegah pertumbuhan jamur dan bakteri.
aga suhu ruangan tetap nyaman dan hindari kepanasan (overheating) karena dapat memperburuk penyunbatan pada hidung.
G. Meninggikan Kepala Bayi Saat Tidur
Meninggikan sedikit kepala bayi dapat membantu mengeluarkan lendir dan mengurangi batuk saat tidur. Gunakan handuk lipat di bawah kasur untuk mendapatkan kemiringan yang lembut.
Hindari menggunakan bantal atau tempat tidur yang empuk karena dapat menimbulkan risiko mati lemas pada bayi.
H. Minyak Esensial untuk Pijat atau Aromaterapi
Beberapa minyak esensial, seperti kayu putih dan lavender, dapat meredakan hidung tersumbat dan batuk. Penggunaannya adalah dengan mengencerkan minyak dengan minyak pembawa kemudian pijat lembut ke dada, punggung, dan dada bayi.
Untuk aromaterapi, Bunda bisa menggunakan minyak esensial dalam diffuser. Alangkah lebih baik untuk berkonsultasi dengan dokter anak terlebih dahulu sebelum menggunakan minyak esensial.
I. Kompres Hangat
Mengelap dengan kain hangat dan lembap ke dada dan punggung bayi dapat membantu meredakan batuk dan meredakan hidung tersumbat. Pastikan kompres tidak terlalu panas untuk menghindari luka bakar.
Baca Juga:
Intervensi Medis untuk Batuk Pilek pada Bayi
Jika pengobatan alami tidak cukup, Bunda perlu melakukan penangan secara medis. Pertimbangkan opsi pengobatan berikut:

A. Antibiotik untuk Infeksi Bateri
Dokter anak mungkin akan meresepkan antibiotik jika batuk dan pilek pada bayi disebabkan karena infeksi bakter. Penting untuk mengikuti dosis yang ditentukan dan menyelesaikan seluruh rangkaian pengobatan, bahkan jika gejala membaik sebelum pengobatan selesai.
Jika konsumsi antibiotik tiba-tiba dihentikan tidak sesuai dengan resep, maka tubuh akan mengalami resistensi. Hal ini membuat antibiotik yang sebelumnya bekerja untuk tubuh, menjadi tidak ampuh jika dikonsumsi lagi.
B. Obat Bebas untuk Batuk dan Pilek
Beberapa obat bebas, seperti acetaminophen atau ibuprofen, mungkin direkomendasikan oleh dokter anak untuk mengurangi demam yang disertai batuk dan pilek.
Namun, konsumsi obat bebas untuk batuk dan pilek tidak disarankan untuk bayi di bawah usia enam bulan. Pastikan untuk berkonsultasi dengan dokter anak terlebih dahulu.
C. Obat Resep
Dalam beberapa kasus, dokter anak mungkin meresepkan obat untuk mengatasi gejala tertentu atau kondisi yang mendasarinya. Misalnya, jika bayi menderita asma, dokter anak mungkin akan meresepkan bronkodilator atau kortikosteroid.
Sementara itu, jika bayi mengalami hidung tersumbat yang parah akibat alergi, dokter anak dapat merekomendasikan antihistamin.
D. Vaksinasi
Memastikan bayi mendapatkan vaksinasi terbaru dapat membantu mencegah beberapa infeksi virus yang menyebabkan pilek dan batuk. Diskusikan jadwal vaksinasi dengan dokter anak untuk melindungi kesehatan bayi.
Selain itu, pastikan anggota keluarga dan pengasuh juga divaksinasi agar dapat membantu melindungi bayi melalui kekebalan kelompok (herd immunity).
E. Perawatan Nebulizer
Pada kasus tertentu, dokter anak dapat merekomendasikan perawatan nebulizer. Misalnya saja ketika bayi mengalami kesulitan bernapas atau kondisi pernapasan yang mendasarinya seperti asma.
Perawatan nebulizer melibatkan pemberian obat dalam bentuk kabut halus yang dapat dihirup bayi. Metode ini dapat membantu membuka saluran udara dan memudahkan pernapasan.
F. Kapan Harus Berkonsultasi dengan Dokter Anak
Penting untuk berkonsultasi dengan dokter anak jika gejala bayi terus berlanjut, memburuk, atau disertai dengan kekhawatiran tambahan, seperti demam tinggi, kesulitan bernapas, atau tanda-tanda dehidrasi.
Dokter anak dapat mengevaluasi kondisi bayi, merekomendasikan perawatan yang tepat, dan memberikan panduan kapan harus mencari perawatan darurat jika diperlukan.
Baca Juga:
Pencegahan Batuk Pilek pada Bayi
Melakukan tindakan pencegahan dapat membantu mengurangi risiko terkena batuk dan pilek pada bayi. Bunda dapat mengikuti langkah-langkah berikut:
A. Kebersihan Tangan
Sering mencuci tangan dapat mencegah penyebaran kuman penyebab pilek dan batuk. Pastikan anggota keluarga dan pengasuh mencuci tangan dengan sabun dan air setidaknya selama 20 detik, terutama sebelum memegang bayi, menyiapkan makanan, atau setelah menggunakan kamar mandi.
Jika tidak ada sabun dan air, Bunda dapat menggunakan pembersih tangan berbasis alkohol (hand sanitizer).
B. Hindari Paparan Individu yang Sakit
Batasi kontak bayi dengan orang yang sakit karena dapat menularkan infeksi yang menyebabkan batuk dan pilek. Bunda bisa dengan sopan minta pengunjung yang sedang tidak sehat untuk menunda kunjungannya sampai sembuh.
Selain itu, ajari anak-anak yang lebih tua dan anggota keluarga terdekat untuk mempraktikkan kebersihan yang baik. Misalnya saja sering mencuci tangan dan menutup mulut saat batuk ataupun bersin.
C. Kesehatan Ibu dan Konsumsi Makanan Selama Menyusui
Kesehatan dan pola makan ibu selama menyusui dapat memengaruhi sistem kekebalan bayi. Mengonsumsi makanan seimbang yang kaya buah-buahan, sayuran, biji-bijian, protein tanpa lemak, dan lemak sehat dapat membantu menyediakan nutrisi yang diperlukan untuk sistem kekebalan tubuh yang kuat.
Ibu menyusui disarankan untuk menghindari konsumsi alkohol dan kafein. Selain itu, olahraga teratur dan manajemen stres juga dapat berkontribusi pada sistem kekebalan tubuh yang sehat.
D. Menjaga Kebersihan Lingkungan Bayi
Bersihkan dan sanitasi lingkungan tempat tinggal bayi secara teratur, termasuk permukaan, mainan, dan tempat tidur. Tindakan ini dapat membantu mengurangi risiko terpapar kuman penyebab batuk dan pilek.
Selain itu, pertimbangkan juga untuk menggunakan produk pembersih yang tidak beracun untuk meminimalkan paparan bayi terhadap bahan kimia berbahaya.
E. Ventilasi yang Baik
Pastikan kamar bayi berventilasi baik dengan sirkulasi udara segar ke seluruh ruangan. Udara yang stagnan dapat menampung kuman dan berkontribusi pada masalah pernapasan.
Buka jendela atau gunakan air purifier untuk meningkatkan kualitas udara dan singkirkan alergen atau iritan yang dapat memperparah gejala pilek dan batuk.
F. Hindari Asap Tembakau
Paparan asap rokok dapat mengiritasi saluran udara bayi dan meningkatkan risiko infeksi pernapasan. Jaga agar lingkungan bayi bebas asap rokok dan minta perokok untuk tidak merokok di sekitar bayi.
Ingatkan anggota keluarga yang merokok untuk mempertimbangkan berhenti merokok demi kesehatan bayi dan diri mereka sendiri.
G. Vaksinasi
Melakukan vaksinasi sesuai dengan jadwal yang disarankan dokter anak dapat membantu melindungi bayi dari infeksi dan memperkuat sistem imun.
Pastikan bahwa anggota keluarga dan pengasuh juga divaksinasi untuk mengurangi risiko infeksi. Dorong kerabat dan teman dekat untuk menerima vaksin flu tahunan dan vaksinasi lain yang direkomendasikan oleh dokter.
H. Berpakaian yang Tepat
Sesuaikan pakaian bayi berdasarkan cuaca agar dapat mempertahankan suhu tubuh yang nyaman dan melindungi dari kedinginan. Selain itu, kepanasan dan keringat berlebih juga dapat melemahkan sistem kekebalan bayi sehingga membuatnya lebih rentan terhadap infeksi.
I. Bangun Sistem Kekebalan Tubuh yang Kuat
Untuk mencegah batuk dan pilek, bayi perlu memiliki sistem kekebalan tubuh yang sehat. Bangun sistem imun bayi dengan melakukan aktivitas fisik, olahraga sesuai usia bayi, dan istirahat yang cukup.
Baca Juga:
Mengenali Tanda-tanda Bahaya dan Kapan Harus Pergi ke Dokter
Meskipun sebagian besar kasus batuk dan pilek pada bayi bisa sembuh sendiri, tapi penting untuk Bunda mengenali saat gejala menjadi parah dan membutuhkan pertolongan medis. Beriku ini tanda-tandanya:

A. Gejala yang Berkelanjutan
Bila gejala batuk dan pilek pada bayi terus berlanjut hingga leih dari sepuluh hari, segera konsultasikan dengan dokter anak. Gejala yang berkelanjutan mengindikasikan infeksi yang lebih parah atau masalah kesehatan mendasar yang memerlukan intervensi medis.
Selain itu, berhati-hatilah jika bayi tampak membaik pada awalnya tetapi kemudian memburuk, karena hal ini dapat menandakan adanya infeksi atau komplikasi sekunder.
B. Kesulitan Bernapas
Segera cari pertolongan medis ketika bayi mengalami kesulitan bernapas, bernapas cepat, atau mengi. Gejala-gejala ini bisa menandakan masalah pernapasan yang lebih parah atau infeksi yang memerlukan perawatan segera.
Ciri-ciri kesulitan bernapas lainnya adalah lubang hidung melebar, mendengus, atau kulit di antara tulang rusuk bayi tampak menyedot ke dalam saat bernapas.
C. Demam Tinggi
Bayi yang menderita demam tinggi dengan suhu di atas 38°C sebaiknya segera dibawa ke dokter anak. Demam tinggi dapat mengindikasikan infeksi yang lebih serius atau masalah kesehatan lainnya.
D. Karakteristik Batuk yang Harus Diwaspadai
Batuk yang terjadi terus-menerus dan tidak kunjung sembuh menandakan bayi tengah mengalami masalah kesehatan yang serius, misalnya saja bronkitis, pneumonia, atau batuk rejan.
Segera lakukan konsultasi dengan dokter anak jika batuk bayi disertai dengan suara rejan bernada tinggi, batuk parah, atau jika bayi membiru atau kesulitan bernapas selama batuk.
Selain itu, berhati-hatilah jika batuk bayi mengeluarkan dahak berwarna hijau atau kuning karena mungkin terkena infeksi bakteri.
E. Dehidrasi
Segera hubungi tenaga medis apabila bayi menunjukkan tanda-tanda dehidrasi, seperti bibir kering, lesu, atau kulit dingin berbintik-bintik, mata cekung, dan sebagainya.
Pastikan untuk terus memberikan asupan cairan seperti ASI dan susu botol karena dehidrasi bisa sangat berbahaya bagi bayi.
F. Perubahan Perilaku yang Tidak Biasa
Perubahan perilaku bayi yang tiba-tiba, seperti mudah lesu, tersinggung, rewel, sulit bangun, dan tidak merespons perlu diperhatikan oleh orangtua.
Segera hubungi dokter anak untuk mendapatkan penanganan medis karena perubahan perilaku yang tidak normal bisa saja mengindikasikan adanya infeksi, komplikasi, atau masalah kesehatan yang lebih parah.
G. Sakit Telinga
Gejala batuk dan pilek pada bayi bisa disertai dengan sakit telinga. Perhatikan apakah bayi menunjukkan tanda-tanda sakit telingan, seperti menangis saat berbaring, menarik-narik telinga, atau keluar cairan dari telinga.
Jika tidak segera diobati, infeksi telinga dapat menyebabkan komplikasi yang lebih serius, seperti gangguan pendengaran atau penyebaran infeksi ke bagian tubuh lainnya.
H. Ruam atau Perubahan Kulit yang Tidak Biasa
Meskipun jarang terjadi, beberapa infeksi yang menyebabkan batuk dan pilek pada bayi juga mengakibatkan munculnya ruam atau perubahan kulit yang tidak biasa. Konsultasikan kepada dokter anak untuk menghindari masalah kesehatan yang lebih parah.
Baca Juga:
Informasi Penting Seputar Batuk dan Pilek pada Bayi
Batuk dan pilek sering ditemukan pada bayi dan biasanya bisa sembuh dengan sendirinya. Namun, jika gejalanya makin parah, maka kemungkinan ada masalah kesehatan yang perlu segera mendapat intervensi medis.
Penting bagi Bunda untuk mengetahui apa saja penyebab, pengobatan medis dan non-medis, serta tindakan pencegahan supaya bayi tercinta tidak terinfeksi dan segera pulih kalaupun tertular pilek dan batuk.
Pastikan untuk rutin berkonsultasi dengan dokter anak dan rajin melakukan vaksinasi secara teratur untuk menjaga kesehatan serta imun bayi.
Baca Juga:
- MayoClinic, Common cold in babies, https://www.mayoclinic.org/diseases-conditions/common-cold-in-babies/symptoms-causes/syc-20351651
- NHS, Colds, coughs and ear infections in children, https://www.nhs.uk/conditions/baby/health/colds-coughs-and-ear-infections-in-children/
- Seattle Children's, Colds (0-12 Months), https://www.seattlechildrens.org/conditions/a-z/colds-0-12-months/